Fenomena Fobia ~ GG LEARNING CENTER

Sabtu, 05 Januari 2019

Fenomena Fobia

Fobia adalah rasa ketakutan yang berlebihan pada sesuatu hal atau fenomena. Fobia bisa dikatakan dapat menghambat kehidupan orang yang mengidapnya. Bagi sebagian orang, perasaan takut seorang pengidap fobia sulit dimengerti. Itu sebabnya, pengidap tersebut sering dijadikan bulan bulanan oleh teman sekitarnya.


Fobia merupakan suatu bentuk ketakutan yang tidak terkendalikan, tidak normal kepada suatu hal atau kejadian dan bersifat melumpuhkan dan tidak berdaya sehingga membuat pengidapnya membuat ketidaknyamanan secara fisik dan psikis. Penyebab fobia biasa disebabkan karena trauma masa lalu, pendidikan yang keliru dan faktor genetik. 
Kemudian penatalaksanaanya dibagi menjadi dua cara untuk megurangi tanda dan gejala fobia yaitu secara farmakologi seperti pemberian obat-obat anti depresan yang menghilangkan gejala-gejala kecemasan dan serangan panik dan adapun cara ke dua yaitu non-farmakologi yang terdiri dari psikoterapi dan hipnoterapi. 
Pada penanganan menggunakan metode hipnoterapi dilakukan dengan menurunkan gelombang otak dari beta ke theta untuk masuk pada kondisi hipnosis agar dapat menjangkau alam bawah sadar klien. Metode hipnoterapi ini bertujuan untuk menghilangkan gejala fobia yang disebabkan oleh trauma masa lalu dengan melakukan pemograman/reedukasi kembali di alam bawah sadar klien dengan pemberian sugesti-sugesti positif ke klien sehingga menimbulkan perilaku baru. 
Ketika gelombang otak turun ke Theta akan menghasilkan stimulus yang dikirim dari akson-akson serabut asenden ke neuro – neuro dari reticular activating system (RAS). RAS memiliki hubungan timbal balik dengan sistem limbik yang berfungsi yaitu sebagai respon emosional yang mengarahkan pada tingkah laku individu, merespon secara sadar terhadap lingkungan, memberdayakan fungsi intelektual dari korteks serebri secara tidak sadar, memfungsikan batang otak secara otomatis untuk merespon keadaan, menfasilitasi penyimpanan memori dan menggali kembali simpanan memori yang diperlukan serta merespon suatu pengalaman dan ekpresi suasana hati, terutama pada reaksi takut. Stimulus ini kemudian ditransmisikan melewati area sistem saraf otonom yang merupakan saraf campuran. Serabut-serabut aferennya membawa input dari organ-organ visceral yaitu yang mengatur denyut jantung, pernafasan, pencernaan makanan, mual, pembuangan dan sebagainya.
Sistem saraf otonom terbagi dua yaitu saraf simpatis dan parasimpatis yang dapat mengatur fungsi visceral dan interaksinya dengan lingkungan internal. Fungsi sistem parasimpatis sebagai pengontrol dominan untuk kebanyakan efektor visceral dalam waktu yang lama. Parasimpatis kranial muncul dari otak tengah dan medula. Serabut dari sel-sel pada otak tengah berjalan dengan okulomotorius ketiga menuju ganglia siliaris. Serabut-serabut postganglion pada daerah ini berhubungan dengan sistem simpatis lain yang mengendalikan bagian posisi yang berlawanan, dengan mempertahankan keseimbangan antara keduanya pada satu waktu. Selama keadaan diam, kondisi tanpa stress impuls dari serabut-serabut parasimpatis (kolenergik) menonjol sehingga individu menjadi lebih tenang dan nyaman dengan melepaskan hormon endorfin.